Spirit of PETA

0

Oleh:

Kolonel Laut (E) Dr. Lukman Yudho Prakoso., S.IP., MAP., M.Tr.Opsla.,CIQaR

Rizky Putri., SE., M.Han

Sebagai Ketua II Pengurus Pusat IKA Universitas Terbuka, suatu kehormatan mendapat undangan dari Persatuan Radio TV Publik Daerah Seluruh Indonesia, untuk menjadi pembicara pada program NASIONAL IS ME. Acara ini terselenggara atas kerjasama berbagai pihak diantaranya, Kemendagri Ditjen Polpum, Yayasan Benteng Merah Putih, Pemkot Blitar, INDONESIAPERSADA.ID.

Sayang jika dilewatkan, karena hari ini sangat istimewa dimana pada tanggal 14 Februari dikenal luas sebagai hari Valentine, sementara pada tanggal tersebut bagi bangsa Indonesia merupakan hari yang sangat bersejarah, dimana pada tanggal tersebut Soepriadi Bersama rekan-rekannya di pasukan PETA Blita melakukan pemberontakan terhadap Penjajah Jepang. Berikut ini adalah rangkuman singkat yang dapat kami sampaikan:

  1. Para tentara PETA di Blitar, dibentuk dan dilatih oleh rezim penjajahan Jepang, saat memberontak pada 14 Pebruari 1945, usia mereka masih dalam kisaran 20 – an tahun. Termasuk Shodanco Soepriadi yang memimpin pemberontakan. Namun, meski usia muda dengan kebutuhan hidup sehari – hari terpenuhi dan tinggal di asrama, jiwa mereka terketuk tidak tahan menyaksikan kekejaman penjajah Jepang pada rakyat. Apalagi melihat penderitaan rakyat karena melakukan kerja paksa menjadi romusha. Keberanian dan rasa cinta tanah air mendorong mereka memberontak pada penjajahan Jepang.

– Jika dibandingkan dengan anak – anak muda generasi sekarang yang dimanjakan dengan berbagai kecanggihan dunia teknologi informasi, dari sudut pandang wawasan kebangsaan dan ketahanan, APAKAH anak – anak muda kita era sekarang lebih mengenal “Perjuangan PETA” atau lebih mengenal “Valentine Day” jika ditanya tentang apa yang terjadi pada tanggal 14 Pebruari?

Jawaban:

Tanggal 14 Februari 1945 hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut terjadi pemberontakan atau perlawanan yang dilakukan tentara Pembela Tanah Air (PETA) terhadap Jepang di Blitar. Tanggal tersebut memang bukan hari Nasional namun semangat para pejuang dalam melakukan perlawanan di 14 Februari 1945 patut kita ingat.

Para pemuda berusia 20an tahun ini dididik dalam pusat pendidikan perwira yang disebut Boei Gyugun Rensentai. Mereka dilatih sebagai calon komandan peleton alias shodancho. Maksimal, mereka dilatih selama 18 bulan untuk bisa punya kemampuan setara letnan yang bisa memimpin pertempuran di lapangan. Tanggal 14 Februari 1945 sebagai hari perjuangan PETA.  Namun Spirit PETA dan Pemuda Zaman sekarang ikutan Badai Serangan Budaya (Angkat Telephone).  Sisi Negatif trend teknologi yang canggih adalah Tindak kejahatan mudah terfasilitasi, game online dapat merusak mental generasi muda, pornografi, dan pelanggaran hak cipta mudah dilakukan. Makin berkembangnya zaman kalangan masyarakat lebih mengenal di tanggal 14 Februari sebagai Perayaan Valentine Day atau momen cinta dan kasih sayang, sudah sangat berkurang mengingat sejarah perjuangan para pejuang.

Sejarah singkat PETA, PETA dibentuk PETA atau Pembela Tanah Air merupakan salah satu organisasi yang berperan penting dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Awalnya, tentara bentukan Jepang ini hanya disebut sebagai “Tentara Sukarela”. Namun pada pertengahan tahun 1944, masyarakat lebih menyebutnya tentara Pembela Tanah Air. PETA disusun berdasarkan wilayah dengan 2-5 batalion (daidan) di setiap karesidenan. Namun tiap daidan tidak terhubung satu sama lain. Siasat tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir bahaya bagi Jepang. Setiap daidan berada di bawah komando tentara Jepang setempat.

Memasuki bulan November 1944, Jepang sudah berhasil membentuk 66 batalion atau daidan PETA di seluruh Pulau Jawa. Hinga tanggal 1 Agustus 1945, tercatat sudah ada 35.855 anggota PETA di Jawa dan 1.626 anggota PETA di Bali. Adapun batalion atau daidan PETA di Blitar pada 25 Desember 1943 terdiri dari empat kompi. Pemberontakan tentara PETA di Blitar dipicu oleh kekecewaan terhadap situasi ekonomi pada saat itu. Para anggota PETA Blitar juga prihatin dengan perlakuan kejam Jepang terhadap romusha, serta makin tertindasnya para petani. Selain itu, di internal PETA sendiri ada kekecewaan yang disebabkan perbedaan perlakuan terhadap perwira Jepang dan Indonesia. Salah satunya adanya kewajiban seluruh tentara PETA untuk memberi salam kepada serdadu Jepang, bahkan kepada yang berpangkat paling rendah.

Pemberontakan PETA dipelopori oleh Shodanco Supriyadi, yang merupakan lulusan pertama pelatihan anggota PETA. Supriyadi lahir di Tulugnagung pada tanggal 13 April 1926, dengan nama kecil Priambodo. Ayahnya adalah Bupati Blitar, Darmadi. Supriyadi dibantu oleh Shodanco Muradi dan Shodancp Suparjono. Rencana pemberontakan melibatkan tiga budanco, yaitu Sudarmo, Sunanto, dan Halir Mangkudidjaja. Pemberontakan sudah direncanakan sejak September 1944. Awalnya dilakukan kontak dengan daidan PETA lain seperti Tulungagung, Kediri, Malang, Lumajang, Madiun, hingga Surabaya.

Pada 4-9 Februari 1945, Supriyadi mendesak rekannya untuk segera melancarkan pemberontakan. Namun tidak disetujui, dengan alasan daidan lain belum bergabung. Pada 13 Februari 1945, Supriyadi kembali mengumpulkan rekannya. Dia meyakinkan pemberontakan harus segera dilakukan sebelum diketahui Jepang. Pada tengah malam tangga 13 Februari 1945, tentara PETA keluar dari markas dengan alasan latihan malam. Pemberontakan dimulai pada pukul 03.00 tanggal 14 Februari 1945, dengan melepaskan tembakan ke arah Hotel Sakura, tempat tinggal pemimpin sipil Jepang. Serangan juga diarahkan ke markas Kempetai, yang letaknya di samping barak Daidan Peta Blitar. Dalam pemberontakan itu juga dilakukan pengibaran bendera merah putih di depan markas PETA Blitar yang dilakukan oleh Shodanco Partohardjono. Konon bendera merah putih sempat berkibar selama kurang lebih dua jam sebelum diturunkan. Pemberontakan itu langsung direspons Jepang dengan pengerahan pasukan dan perundingan. Blitar dikepung oleh satu peleton tentara Jepang yang datang dari Kediri dan Malang. Bahkan ratusan tentara Heiho juga dikerahkan ke Blitar. Akhirnya semua yang terlibat dalam pemberontakan dapat ditangkap dan diajukan ke pengadilan militer. Di antara mereka ada yang diadili sebanyak 68 orang. Puncaknya adalah saat peristiwa Rengasdengklok 15 Agustus 1945, ketika para pemuda mengamankan Soekarno dan Mohammad Hatta. Dalam catatan sejarah disebutkan, Rengasdengklok dipilih karena daerah itu berada di bawah kekuasaan para tentara PETA.

  • Tentu saja kita mengharapkan anak – anak kita lebih mengenal nilai – nilai keberanian dan semangat cinta tanah air dari perjuangan pemberontakan PETA daripada Valentine.

– Nah, SIAPAKAH yang seharusnya bertanggung jawab mengenalkan dan menanamkan nilai – nilai cinta tanah air, seperti spirit perjuangan PETA ini pada anak – anak generasi muda kita?

Jawaban: Tentu saja, aktivitas perjuangan mencetak generasi masa depan itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Faktanya, generasi muda bangsa kini dihadapkan pada beragam problema akut, mulai dari rusaknya pergaulan remaja dan menjamurnya tindakan amoral/asusila (penggunaan miras dan narkoba, akses pornografi, free sex, pemerkosaan, pelacuran, aborsi, perjudian, kriminalitas), tawuran,geng motor, bullying, bahkan pembunuhan dan tindakan tidak etislainnya. 

Penting nya Perhatian dan Interaksi orang tua dan guru yang erat dan intens dengan anak-anak/peserta didik memberi makna bahwa orang tua dan guru memiliki pengaruh langsung dalam pikiran dan perilaku mereka. Orang Tua dan Guru selalu dibutuhkan sebagai salah seorang agen kunci bagi peserta didik, mereka yang dalam level remaja, dalam merespon masalah kekinian kehidupan.

Menanamkan Spirit Of PETA pada Generasi Muda: 1) Membangun watak bangsa atau nation character building sebagai bentuk tanggung jawab bersama (Lingkungan Nonformal, Informal dan Formal); 2) Keluarga Bertanggung Jawab Menanamkan Nilai Inklusif Bela Negara Berupa Nilai Perjuangan Untuk Belajar, Tidak Bolos Sekolah, Tidak Mudah Menyerah, Memakai Produk Dalam Negeri; 3) Guru mengajarkan pendidikan moral dan sejarah kebangsaan; 4) Masyarakat menanamkan nilai moral dan etika berbangsa dengan hidup guyub dan rukun, tepo saliro dan saling menghargai .

  • Jika merujuk pada berbagai literatur di media massa, lebih banyak tulisan yang mengungkapkan keprihatinan pada ingatan anak – anak muda, karena jika ditanya pada tanggal 14 Pebruari, mereka lebih ingat sebagai hari kasih sayang. Minim yang mengungkapkan sebagai hari bersejarah perjuangan pemberontakan PETA.

– MENGAPAKAH remaja kita lebih ingat Valentine dari pada pemberontakan PETA?

Jawabannya: Faktor yang berpengaruh secara Internal adalah: 1) Turunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah; 2) Lingkungan tidak mencerminkan sikap nasionalisme; 3) Demokrasi saat ini penuh dengan Anarkis; 4) Tertinggalnya Indoensia dari negara lain; 5) Etnosentrisme kesukuan, Faktor ini dapat diperbaiki dengan cara memberikan Edukasi Nilai Bela Negara. Faktor yang berpengaruh secara Eksternal adalah: 1) Globalisasi; 2) Liberalisme; 3) Serangan Budaya; 4) Perkembangan IPTEK; 5) Dinamika Keterbukaan Informasi, Faktor ini dapat diperbaiki dengan kesiapan mental bagi diri kita masing-masing, Pemerintah butuh masyarakat dan masyarakat butuh pemerintah atau pemimpin yang Jujur dan bertanggung jawab.

  • KAPANKAH saat yang tepat unuk menanamkan nilai – nilai semangat dan cinta tanah air ini kepada anak – anak muda kita sebagai generasi penerus bangsa?

Jawabannya: Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan. Pemahaman diberikan sejak usia dini dengan orientasi pengenalan nilai luhur bangsa dan spirit of PETA.

  • DIMANAKAH tempat – tempat yang ideal untuk proses menanamkan spirit perjuangan membela negara dan rasa cinta tanah air?

Jawabannya:  Kurikulum Pendidikan Nasional secara formal yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan Tinggi memuat materi Bela Negara sangat minim, padahal pembentukan karakter bangsa dimulai sejak dini, ketika anak-anak masih duduk dibangku Taman Kanak-Kanak (TK). Apabila masih anak-anak dibentuk rasa nasionalisme, wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila,maka akan tumbuh sikap bela negara yang militant.

  • Perkembangan teknologi, kemajuan peradaban, membuat dunia seolah dalam genggaman tangan melalui koneksi internet dan smartphone – android – atau gadgate. Perubahan dunia ke arah kemajuan teknologi adalah sebuah keniscayaan untuk dihindari, apalagi dibendung.

– BAGAIMANAKAH strategi atau cara yang tepat bagi Negara atau Pemerintah seharusnya dalam menjaga generasi muda ini agar kemajuan teknologi yang dinikmati oleh generasi kekinian memberikan manfaat anak – anak muda tergerak semakin mencintai tanah airnya?

Jawabannya: Di situasi saat seperti ini, harus ada cara kreatif, murah, dan efektif yang bisa meningkatkan kesadaran bela negara di era digital. Generasi milenial saat ini lebih suka kepada program-program kegiatan seperti: 1) Seni: Musik dan Ragam seni budaya. Memicu kreativitas, kebebasan berekpresi, dan kemampuan berkarya dalam mengekpresikan keindahan; 2) Media Literasi: Fotografi dan multi media. Media mengekpresikan berbagai ide, inisiatif, keindahan, dan inovasi yang ada dalam imajinasi manusia; 3) Bisnis dan Ekonomi Kreatif: Startup dan ekonomi kreatif. Model bisnis anak-anak muda yang tidak mengenal Batasan ruang dan waktu, dalam lingkungan ekosistem yang distrutif. Petualangan dan media social. Arena bertemu, berkomunikasi, dan berinteraksi; 4) Olahraga: Olahraga dan permaianan digital. Bersifat dinamis, mengasyikkan, membuat ketagihan, menantang, dan memuaskan hasrat berprestasi. Olahraga dan permaianan digital. Bersifat dinamis, mengasyikkan, membuat ketagihan, menantang, dan memuaskan hasrat berprestasi.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial