Teknologi Pembuatan Starter Pupuk Organik Cair
Tanaman membutuhkan zat makanan atau unsur hara dalam jumlah yang berimbang jika tidak terpenuhi maka pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal dan produktivitasnya tidak optimal. Pupuk merupakan komponen yang sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian. Pupuk kimia (pupuk non organik) menjadi pemicu revolusi hijau bidang pertanian. Penggunaan pupuk kimia seperti Urea, ZA, TSP dan KCL di Indonesia mampu meningkatkan hasil pertanian namun tanpa disadari penggunaan pupuk kimia secara terus menerus tentu merugikan. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu lama dapat merusak sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga kemampuan tanah untuk mendukung ketersediaan air, hara dan kehidupan mikro organisme menurun.
Pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat melalui penggunaan bahan kimia. Pupuk kimia terdiri dari pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang banyak digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, KCl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan komoditasnya.
Pemanfaatan pupuk organik mulai dilakukan oleh petani di Indonesia seiring dengan pola manusia cenderung back to nature oleh karena itu pemakaian pupuk organik semakin meningkat. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu upaya meningkatkan kualitas hidup dengan melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat misalnya jalur Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa, Pelatihan Ilmiah Remaja/ Pemuda ataupun melalui media penyuluhan bagi masyarakat.
Pupuk organik dibuat dari bahan-bahan organik atau dengan proses alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Dikenal juga pengelompokan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu kedalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain. Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain namun kandungan haranya rendah. Penggunaan pupuk yang aman bagi tanaman dan tanah, diantara jenisnya adalah pupuk organik.
Kondisi tanah pertanian perlu dilindungi agar tidak terjadi pemberian pupuk kimia dan biologi tidak seimbang yang dikemudian hari akan mengganggu kesuburan tanah. Pemberian pupuk yang seimbang dapat dilakukan dengan membuat kompos. Hasil analisis pupuk kompos dari bahan sampah menunjukkan bahwa setiap ton (1000 kg) pupuk kompos memberikan tambahan 12.2 kg(1,22%) N; 3.5 kg(0,35%) P; dan 12.1 kg(1,21%) K.
Cara sederhana menguji pupuk adalah dengan menempatkan empat pot tanaman yang masing-masing diberi perlakuan berbeda. (A) kontrol, tanpa pemupukan sama sekali, tanaman terlihat sangat merana. (B) Diberi pupuk kimia, tanaman tetap merana meskipun tumbuh lebih baik. (C) Diberi kompos hasilnya jauh lebih baik. (D) Diberi pupuk organic tumbuhnya paling baik.
Kandungan senyawa-senyawa organik didalam kompos memiliki peranan yang lebih penting dari pada peranan hara saja. Misalnya, asam humik dan asam fulvat yang memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kompos diketahui dapat meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Artinya tanaman akan lebih mudah menyerap unsur hara. Tanah yang diberi kompos juga menjadi lebih gembur dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering. Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba pada tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Mikroba-mikroba ini memiliki peranan dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Kompos dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah. Pada umumnya dosis pupuk organik/ kompos ditentukan secara empiric melalui penelitian dan ujicoba berdasarkan pengalaman petani selama bertahun-tahun.
Dalam kondisi tertentu, pupuk organik/ kompos dapat diberikan tanpa menambahkan pupuk kimia sama sekali. Cara ini dipraktekkan dalam budidaya pertanian organik. Namun yang lebih sering dilakukan adalah mengkombinasikan antara pupuk organik dengan pupuk kimia. Sebagian kebutuhan hara tanaman disubstitusi antara pupuk kimia dan pupuk organik. Caranya dengan menghitung berapa kombinasi yang paling ekonomis, baik dilihat dari sisi biaya maupun hasilnya. Patokan yang sering dipakai adalah 50% dosis pupuk kimia diganti dengan sejumlah pupuk organik. Dosisnya bisa 1 – 2 kg atau bahkan hingga 30 kg/pokok. Untuk mendapatkan dosis yang paling tepat dilakukan dengan ujicoba di rumah kaca dan di lapang dalam skala yang cukup luas.
Penggunaan pupuk organik meningkat tajam beberapa tahun terakhir ini, tidak hanya Pupuk Organik Granul (POG) tetapi juga Pupuk Organik Cair (POC). POC memiliki manfaat sinergistik dengan POG. Aplikasi POG sendiri tanpa aplikasi POC biasanya kurang memberikan hasil yang memuaskan. Dengan apliasi POG yang dibarengkan dengan aplikasi POC, hasil tanaman lebih terlihat nyata dan bisa dilakukan full organik, tanpa penambahan pupuk kimia sama sekali.
POC memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan POG. POG lebih berperan di tanah: memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. POC berperan langsung pada tanamannya. POC disemprotkan ke daun dan akan langsung masuk ke sistem metabolisme tanaman. Kandungan hara yang ada di dalam POC akan langsung diserap oleh tanaman. Demikian pula kandungan hormon tanaman juga akan langsung berfungsi begitu memasuki sistem metabolisme tanaman. POC bisa diaplikasikan untuk semua jenis tanaman. Selain dikombinasikan dengan POG, aplikasi POC juga bisa dikombinasikan dengan pupuk kimia.
Ada banyak sekali metode dan resep pembuatan POC yang sudah dilakukan oleh banyak orang. Umumnya resep dan metode ini adalah ‘rahasia perusahaan’ masing-masing. Paling tidak ada dua kelompok metode pembuatan yaitu metode pemasakan atau ekstraksi dan metode fermentasi. Metode fermentasi adalah yang paling banyak digunakan. Sebagai contoh, fermentasi urin di peternakan sapi, fermentasi ekstrak tanaman, dan lain-lain.
Perbedaan kualitas satu POC dengan POC yang lain umumnya terletak pada komposisi dan jenis bahan yang digunakan. Oleh karena itu, kerahasiaan resep ini sangat dijaga, karena menjadi penentu daya saing POC itu di pasaran. Resep pembuatan POC bisa sangat beragam dan kadang-kadang agak ‘aneh-aneh’. Misalnya, saja dengan meramu berbagai macam kencing binatang. Mulai dari kecing sapi, kencing domba, sampai kencing kelinci. Ada yang menambahkan madu, royal jelly, dan berbagai ramuan herbal lainnya.
Membuat POC sendiri membutuhkan pengetahuan tentang resep dan metode pembuatan. Tidak jarang kita perlu melakukan ekperimen sebelum mendapatkan formula POC yang benar-benar unggul. Ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Ada cara yang lebih mudah untuk memulai usaha POC, yaitu dengan menggunakan biang POC. Biang POC bisa dibeli dan bisa diolah menjadi POC kita sendiri. POC yang dibuat dengan biang POC sudah memenuhi dengan kualitas standard. Keuntungan pembuatan POC dengan biang POC antara lain:
1.Cepat, karena tidak memerlukan proses pembuatan terlebih dahulu, hanya perlu mengencerkan dengan dosis tertentu.
2.Murah dan mudah, karena tidak memerlukan investasi peralatan dan prosesnya juga singkat dan sederhana.
3.Customisable. POC yang dibuat bisa disesuaikan dengan kebutuhan, jenis tanaman, tempat, komoditi dan lain-lain. POC bisa diperkaya dengan beberapa bahan tambahan (disampaikan kemudian).
POC yang dibuat dengan biang POC memiliki kualitas standard. Meskipun begitu POC ini sudah bisa dijual atau dipakai sendiri dengan hasil yang cukup memuaskan. Namun, di dunia bisnis sebuah produk harus memiliki keunggulan dan keunikan agar bisa menang dalam persaingan. Pembuatan POC dengan biang POC adalah customisable, artinya bisa diubah-suai dengan keinginan kita. Agar sebuah POC memiliki keunggulan dan keunikan, POC perlu diberi ‘suplemen’. Suplemen ini dipasaran bisa bermacam-macam, kita bebas memilih sesuai kebutuhan.
Bahan yang diperlukan :
1.Isi perut ikan 3 gelas
2.Nasi dingin 1 gelas
3.Tetes atau gula 1 gelas
4.Air 3 liter
Alat yang digunakan :
1.Baskom
2.Ember
3.Kantong plastic
4.Pisau/ parang
Cara pembuatan :
1.Nasi diremas dengan telapak tangan lalu dicampurkan dengan isi perut ikan (tidak perlu dicuci) dan taburkan gula/ tetes.
2.Tambahkan air dan aduk hingga rata
3.Simpan dalam kantung plastic (di inkubasi) selama 7-10 hari
4.Hasilnya adalah starter
5.Jika ingin membuat pupuk organic cair (POC), maka starter tersebut dipasteurisasi dulu dengan cara dimasukkan dalam botol bertutup lalu direbus (80 oC). Untuk dapat digunakan sebagai POC maka diencerkan dulu dengan 10 liter air.
6.Jika ingin membuat pupuk organic granule (POG), maka starter tersebut dicampuri dedak lalu dikepal bulat-bulat dengan tangan. POG siap digunakan setelah 3×24 jam.
Demikian disampaikan melalui Bidang Pengembangan Teknologi dan Informasi – Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Terbuka Pondok Cabe Jakarta, semoga bermanfaat bagi semua.
Catatan :
Untuk kegiatan pelatihan silahkan hubungi Hadijaya Nope/ WA : 08128727937